Pages

Muhamad Masikin's Slidely by Slidely Slideshow

Sabtu, 11 Oktober 2014

Hal Yang Disukai Suami Dari Istrinya


Hal Yang Disukai Suami Dari Istrinya


Apa yang membuat seorang istri menarik, hingga suami makin menyenangi dan mengaguminya? Karena interaksi dengan istri sudah menjadi keseharian dan hal rutin, seringkali seorang suami sulit menjawab pertanyaan itu. From a distance, mungkin sifat dan sikap menarik dan menyenangkan dari istri bisa diurai.

Kenapa saya pilih kata menarik instead of cantik? Cantik fisik itu relatif. Parameter-parameter pembangun kecantikan itu masih debatable. Terlebih lagi cantik fisik itu adalah daya tarik instant. Ia bisa menjadi daya tarik melenakan pada pandangan pertama dan pada interval waktu awal, tapi belum tentu pesona yang sama bisa dirasakan melalui interaksi pada jangka waktu yang panjang.

Menarik itu terbangun dari keutuhan kepribadian. Berbagai dimensi kecerdasan berpadu membangun kemenarikan (attractiveness), mulai dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional hingga kecerdasan spiritual dan kecerdasan religius. Maka kemenarikan seorang istri paling tidak tercermin dan menampak pada delapan pasangan karakter kunci di bawah ini:

1. Ramah dan murah senyum


Keramahan dan murah senyum itu menjadi daya tarik universal. Ia menjadi salah satu kunci sukses seseorang, sebab dengannya ia mudah diterima orang lain. Dan ini menjadi faktor penting dalam berbagai kerja sosial dan profesional.

Dan senyum adalah pancaran suasana hati. Murah senyum dan ramah itu bukan tampilan sesaat. Ia adalah cerminan kepribadian. Dengan senyuman istri, seorang suami mendapatkan ketentraman dan kehangatan jiwa. Setiap kali ia mendapatkan senyuman sang istri, terbitlah suasana “kemarilah, di sini aku selalu ada untukmu” menghiasi relung jiwanya.

2. Optimis dan ceria

Masalah itu untuk dipecahkan dan jangan membuat kita berdiam diri. Percayalah, kalau kita bergerak dan berusaha, kita akan menemukan jalan keluar. Kalimat-kalimat barusan itu normatif. Tapi ketika ucapan-ucapan itu keluar dari seorang istri dan ketika hal itu diucapkan dengan penuh rasa optimis dan dibarengi keceriaan, yakinlah seorang suami bahwa ia memperoleh anugerah terindah dalam hidupnya.
Seorang yang optimis itu tak akan berdiam diri dalam himpitan masalah. Ia akan mengurai masalah. Ia akan kerjakan apa yang bisa dikerjakan terlebih dahulu, tanpa menunda-nunda. Dan justru karena sikap melekat seperti ini, ia tak pernah mendapatkan dirinya menunggu himpitan segunung masalah. Setiap ada permasalahan hidup, ia cepat menyelesaikannya. Karena geraknya ini, setiap kali menyelesaikan satu pekerjaan, sekecil apapun, ia mendapatkan kesenangan jiwa. Dan karenanya sikap ceria selalu bisa dipelihara.

3. Penyabar dan teguh hati

Bangunan rumah tangga itu ibarat bahtera yang berlayar mengarungi samudra. Adakalanya cuaca buruk melanda lautan. Angin dan ombak kencang menerpa. Pada saat itu terujilah sifat sabar dan teguh hati.
Seorang suami akan sangat bersyukur dengan kesabaran dan keteguhan hati istrinya ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup. Hari-hari ketika persediaan uang bahkan tak mencukupi untuk hidup sehari, ketika mesti bekerja keras karena memang tak ada dana untuk menggaji seorang pembantu, ketika mesti berjalan cukup jauh mengantar anak bersekolah dengan mendorong baby-car adiknya pula. Atau ketika hadir suara-suara,”Bagaimana mungkin kamu bersabar dengan kondisi begini? Sekali-kali berontak donk sama suami ….” Ketika itu kesabaran dan keteguhan seorang istri dalam menjalani episode kehidupan diuji.

Tentu keteguhan hati itu lahir dari saling pengertian dan keyakinan, bahwa suami tak berdiam diri dengan kondisi yang ada. Tapi landasan utama keteguhan ini adalah pada keyakinan, bahwa Allah tak meninggalkan hambaNya. Dia akan menolong saat upaya kita sudah sampai pada batasnya; Saat kita berserah diri di ujung segala harapan dan hanya menggantungkan diri padaNya.

4. Penyayang dan pemaaf

Manusia tak ada yang terbebas dan kekhilafan dan kekeliruan. Begitu juga seorang suami terhadap istrinya. Bahkan di hadapan istrinya, hampir semua ketidaksempurnaan yang dapat ia tutupi di luar rumah, akan terbuka.

Sifat penyayang dan pemaaf amat diperlukan seorang suami, dihadapkan pada segala kelemahan dirinya. Pengertian istri sungguh menjadi sesuatu yang amat dihajatkan. Dengan ini seorang suami terhindar dari keputusasaan dan blaming himself too far, menyalahkan diri sendiri terlalu jauh. Dengan ini seorang suami tetap bisa terjaga harga diri dan sikap optimisnya.

Penyayang dan pemaaf juga nampak pada keseharian istri dalam mendidik anak-anak. Suami akan senang melihat anak-anak tumbuh dalam suasana kasih sayang. Pemaafan atas kesalahan anak-anak bukan untuk mentolerir kesalahan itu, tapi untuk memberikan kesempatan kepada mereka belajar dari kesalahannya.
Penyayang juga menjadi karakter yang muncul saat istri berinterkasi dengan orang tua dan kerabat suaminya. Pernikahan itu menyatukan dua bani. Dan ketika suami mendapatkan istrinya menerima dan diterima dengan baik dan bahkan menjadi kesayangan orang tua dan karib kerabatnya, sungguh ia merasakan rasa senang tiada tara.

5. Empatif dan ringan tangan

Bekerja sama dan saling menolong dalam kehidupan rumah tangga menjadi tuntutan mendasar. Adapun sifat empatif dan ringan tangan dalam menolong di sini lebih ditekankan pada karakter seorang istri bagi masyarakat di sekelilingnya.

Sebuah rumah tangga menjadi bagian dari satu masyarakat. Keharmonisan satu keluarga dalam menempatkan diri di tengah masyarakat menjadi satu kepuasan batin dan kebahagiaan tersendiri. Ketika seorang istri menunjukkan sikap empatif dan banyak memberikan pertolongan kepada orang-orang di sekeliling rumah, seorang suami akan mendapatkan pesona sosial pada istrinya.

Selain itu, seorang istri yang memberikan perhatian terhadap masyarakat sekelilingnya justru akan semakin bersikap dewasa dalam mengatasi permasalahan rumah tangganya. Ini menjadikan suasana komunikasi dengan suaminya di rumah lebih seimbang dan menentramkan.

6. Aktif dan produktif

Pesona sosial pada seorang istri lebih dirasakan suaminya, ketika ia memberikan kontribusi lebih sistematis kepada masyarakatnya. Tidak menjadi masalah pada bidang apa kontribusi ini dicurahkan, pada pendidikan, kesehatan, perekonomian, kesejahteraan, atau beberapa sektor industri. Yang pasti keaktifan dan produktifitas seorang istri bagi masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi suami.
Produktifitas ini tentu saja tidak mesti identik pada jauh meninggalkan urusan rumah tangga. Saya sendiri melihat, basis dari segala aktifitas sosial seorang istri itu adalah bagaimana ia menjadi aktifis yang memiliki visi terbangunnya keluarga-keluarga yang sehat, cerdas dan sejahtera.

Untuk mewujudkan visi di atas dibutuhkan dukungan segenap instrument sosial-kemasyarakatan dan kenegaraan, mulai dari peraturan perundangan yang digodok di lembaga legislatif, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan lembaga pendidikan dan riset, konsep dan kebijakan yang dibuat eksekutif, aktifitas pemberdayaan masyarakat yang dipelopori LSM-LSM (NGOs) dan gerakan sosial lainnya hingga wujud materi peradaban seperti sekolah-sekolah, klinik hingga rumah sakit, industri farmasi penopang kesehatan, industri pemasok makanan bergizi, industri telekomunikasi yang memfasilitasi dan menyajikan informasi yang baik dan mencerdaskan, dan lain-lain.

Karenanya terbuka seribu satu medan bagi para istri untuk berkiprah, mulai dari ruang lingkup rukun tangga (RT), rukun warga (RW) hingga lingkup negara dan bahkan dunia.


7. Cerdas dan kreatif

Kepribadian seorang manusia itu terus berkembang dan tumbuh menuju kematangan tatkala proses belajar terus menyertainya. Dari waktu ke waktu istri pembelajar akan selalu menghadirkan kemenarikan yang baru. Satu hari tiba-tiba dia memasak kue bolu amat lezat, yang belum pernah disajikan kepada keluarganya. Di kesempatan lain dia mengisahkan baru lulus kursus Qiraati -satu metoda belajar membaca al-Quran-, karena memang dibutuhkan untuk menyertai perkembangan salah satu sisi pendidikan anak-anak. Atau ketika dia mengikuti kegiatan senam kebugaran dengan tekun, yang memang membuat tubuhnya bugar dan menambah vitalitas hubungan dengan suaminya.

Kecerdasan itu bergabung dengan kreatifitas dan berjalan seiring. Kreatifitas dalam mengelola rumah tangga menjadi pesona tiada batas bagi pasangan suami-istri. Dengan daya kreatif ini, segala masalah bisa dihadapi secara cerdas dan tepat.

8. Tekun dan ikhlas beribadah

Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang istri adalah pada ketekunannya menjalankan ibadah dan mengikhlaskan segala cinta, aktifitas dan kerja-kerjanya semata untuk mengharapkan keridhoan Ilahi. Pada karakter ini seorang istri adalah individu yang independent dari siapapun, termasuk dari suaminya. Ia akan menggapai kemuliaan dirinya di hadapan Allah Penguasa Alam Semesta dan di hadapan segenap makhlukNya, termasuk di hadapan suaminya.
***
Khususnya buat para suami, saya rasa cukup relevan menghantarkan bait-bait di bawah dalam konteks kasih sayang suami-istri. Tentu cinta yang kita bangun adalah karenaNya semata …
To really love a woman,
To understand her,
You’ve got to know her deep inside …
Hear every thought,
See every dream,
And give her wings when she wants to fly.
Then when you find yourself lying helpless in her arms …
You know you really love a woman

Rabu, 01 Oktober 2014

Biografi Prof.DR.H.Abdullah Ali, M.A ( Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon)




Abdullah Ali lahir di Cirebon pada hari Senin. tanggal 27 November 1949. mengawali pendidikan pada Sekolah Dasar Islam (SDI) Daru'l Hikam 6 tahun Cirebon  (1956-1962). melanjutkan ke PGA 4 tahun  Daru'l Hikam Cirebon (1962-1966). PGA Negeri 6 Tahun Cirebon (1966-I969), Sarjana Muda Fakultas Ushuluddin IAIN Cirebon (1969-1971) diselesaikan pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1971-1972). ProgramDoktoral (S-l) Jurusan IlmuPerbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Syanf Hidayatullah Jakarta (1973- 1976) Program Pasca Sarjana (S-2) Universitas Indonesia Jurusan Antropologi (1987-1991); Fakultas Pascasagana Program Doktor (S-3) Universitas Padjadjaran Bandung Bidang llmu-Ilmu Sosial/SosioJogi Antropologi (1998-2003).

         Mengawali kanrir sebagai dosen honor sejak tahun 1977 pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon. kemudian diangkat sebagai CPNS Dosen Tetap/Tenaga edukatif pada tahun 1980. ditugaskan di tempat yang sama. sesuai disiplin ilmu. mengajar Ilmu Perbandingan Agama. Filsafat Islam. Ilmu Kependudukan dan Metodologi Penelitian. Hingga sekarang masih bertugas sebagai Pembina Utama Madya Lektor Kepala (IV-D) pada jurusan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negen (STAIN) Cirebon tahun 1997-2007, Dosen luar Biasa pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas 17 Agustus (UNTAG) Cirebon (1992-1996); Dosen Luar Biasa pada Fakultas ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) tahun 1996-2002; Dosen Luar Biasa pada Program D-l I STAN Keuangan Cirebon (1999-2001).

Sebagai Dosen pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon, pemah dipercaya menjadi Pembina Kegiatan Mahasiswa (1980- 1984); Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (1981-1982); Ketua Jurusan Pendidikan Agama (1982-1983); Ketua Jurusan Tadris (1983-1990): Kepala  Pusat Pengabdian Masyarakat (1995-1997); Ketua Jurusan Dakwah STAIN Cirebon (1998-2000); Pembantu Ketua IV Bidang Kerjasama Kemasyarakatan dan Pemerintah Daerah (2000-2002). Setelah memperoleh gelar Doktor pada tahun 2003, penulis dikukuhkan sebagai guru besar Bidang Ilmu Sosial pada STAIN Cirebon, berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, tahun 2005.

Sejak usia muda, penulis tudah aktif mengabdikan diri dalam kegiatan sosial. Memasuki organsasi Pelajar Islam Indonesia (P1I) tahun 1965-1970 dan menjadi Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PIl) Cabang  Cirebon (1960/1970); Seksi Humas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Cirebon tahun 1970-1972; Ketua Komisariat Kesatuan Aksi Pemuda pelajar Indonesia (KAPPl ) tahun 1966-1968; Sekretaris OSIS PGA Negeri  Cirebon (1966-1968); Sekretaris Umum Karang Taruna Kelurahan Palmerah Jakarta Barat (1972-1976); Ketua Umum DPD GUPPI Cabang Cirebon (1990-1995 / 1995-2007); Pengurus MUI Kabupaten Cirebon (1982-1915)- Ketua MUI Kota Cirebon (1990-1995); Ketua Umum ICMI Kabupaten Cirebon (1993-1998); Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat (1995-2000); Ketua Pewan Pakar ICMI Kabupaten Cirebon (1998-2007); Koordinator Majlis Kajian Pembangunan Daerah (MKPD) Cirebon, Koordinator ORBIT Al- Yatama Wilayah Cirebon (2000-2007); (Sekretaiis Forum Lintas Pelaku (FLP) Kota Cirebon (1999-2003); Ketua Umum Forum Komunikasi Kota Sehat & Bersih (FORKASIH) Cirebon (1999-2007); Konsultan Desa Sehat Kabupaten Cirebon (2006-2007).

Beberapa buku yang sempat ditulis sebagai bahan perkuliahan dan hasil penelitian antara lain Metode Penelitian dan Statistik, IImu Sosial Dasar, IImu Budaya Dasar. Ilmu Pcrbandingan Agama, Antropologi Dakwah. Dakwah dalam Perspektif Sosiologi- Antropologi, Sosiologi Islam, Tradisi Muludan, Tradiu Masyarakat Pantura,  Tradisi Kliwonan Gunung Jati dan Filsafat ilmu. dan beberapa penelitian yang pemah dilakukan antara lain, Penelitian Kehidupan Beragama Masyarakat Buleleng-Bali (1983); Penelitian Kehidupan Beragama Masyarakat Cepu Jawa Tengah (1988); Penelitian Komparatif Pendidikan Pesantren Salaf dan Pesantren Modem (1989); Penelitian Efektifitas  Pcndidikan Agama Islam di SLTA Kota Cirebon (1990); Penelitian Pola hidup Bersih Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren Benda Kota Cirebon (1991); Penelitian Literatur tentang Studi Agama melalui Pendekatan Antropologi (1992); Penelitian tentang Keadaan Pendidikan Masyarakat Kampung Naga dan Baduy (1997); Penelitian Literatur tentang Model Dakwah Perspektif Sosiologi- Antropologi (1999); Penelitian tentang Tradisi Muludan (2000); Penelitian tentang Model Usaha Keluarga Miskin Kota Cirebon (2001); Penelitian tentang PHBS Masyarakat Kota Cirebon (2003).

Sebagai PNS penulis pemah mendapat penghargaan Satya Lencana dari Presiden Republik Indonesia (2000), berkesempatan menjadi Nara sumber Seminar Nasional Kota Sehat di Hotel Ina Wisata Jakarta (2003). Seminar Regional Kota Sehat di Palembang (2004), Kunjungan Peninjauan Kola Sehat Sydney Australia (2004), Lokakarya Kota Sehat Jawa Barat (2005), Lokakarya Kota Sehat kabupaten Bandung (2005), Seminar Kota Sehat se-Jawa Barat di Hotel Khatulistiwa Bandung (2006), Lokakarya kota Sehat Sukabumi (2006).
Menikah dengan Dra. Hj. E'ah Ruhiyah, Guru Bahasa Arab pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Cirebon, dikarumai 10 anak. Lima putra- lima putri. dan lima orang cucu putra-putri. Pertama Imsawan Abdi(SI UII Yogyakarta), beristri Sri Susanty tinggal di Sydney Australia. telah melahirkan seorang putera Moh. Nabil Ramdhani. Kedua Budiwan Abdi (SI Unswagati Cirebon) beristri Ayu Winarti menetap di Sydney Austria, telah melahirkan seorang putri Salwa Bilqis Budiwan; Ketiga Imsawati Abdi. (SI STPMD Yogyakarta) bersuami Jam’an Fauzan, telah melahirkan putri Amelia dan putra Tantri; Keempat Novi Budiati Abdi (SI UNY Yogyalarta) bersuami Helmi Shodiqy, kelima Harbayanti Abdi (S-l Dakwah Komumkasi STAIN Cirebon) Bersuami Didin Fahrudin; Keenam Husnul Khotimah Abdi (Mahasiswi UIN Sunsn Kalijaga Yogyakarta) bersuami Ahmadal Fithri. Ketujuh Moh Pasca Rajabi Abdi (Siswa MAN 2 Cirebon) Kedelapan Moh Rizki Majistra Abdi (Santri Gontor Putera Ponorogo) Kesembilan Moh Santri Mabruri Abdi (Santri Pondok Husnul Khotimah Kuningan); Kesepuluh Putri Arofah Abdi (SD).

Sumber : Riwayat hidup penulis ( Buku Tradisi Kliwonan Gunung Jati Cirebon)2007


Beliau kini telah pulang ke rahmatullah pada hari selasa, tgl 30 September 2014 Jm 16.30 di RS.Ciremai Cirebon dan di kebumikan Di pemakaman Umum Cilimus Kuningan. 
semoga amal ibadah beliau diterima oleh Allah SWT dan di ampuni segala dosanya. Aamiin