Pages

Muhamad Masikin's Slidely by Slidely Slideshow

Rabu, 13 November 2013

Filsafat Ilmu



A.Pendahuluan

Filsafat sering dianggap teori belaka, yang jauh dari kenyataan hidup konkret. Akan tetapi, filsafat ada segi praktisnya juga. Sikap dan pandangan yang dipertanggungjawabkan, seperti yang kita cari dalam filsafat, dengan sendirinya akan mempengaruhi sikap kita praktis juga. Kebijaksanaan tidak hanya berarti "pengetahuan yang mendalam", tetapi juga "sikap hidup yang benar", yang tepat, sesuai dengan pengetahuan yang telah dicapai itu. Ini nampak dengan jelas terutama pada pelajaran etika dan logika yang bersama-sama memberikan pegangan dan bimbingan kepada pikiran dan kepada kehendak, agar hidup dengan 'benar' dan 'baik'. makakonkretnya:
1) Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berpikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita untuk berpikir untuk hidup sesadar-sadarnya, .
2) Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara "dangkal" saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahnya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya.

B. Filsafat Kaum Sofis
            Kata sofis memilki arti “seorang yang bijaksana”  atau “seorang yang memilki keahlian di bidang tertentu”, kata ini pernah di jadikan sebagai  sebutan kepada sarjanah atau cendikiawan. Namun pada akhirnya kata sofis tidaklah seharum pada awal munculnya karena kata sofis mengalami pergeseran makna yakni dalam bahasa inggris kata “sopisht” memilki arti seorang yang menipu orang lain dengan menggunakan argumen-argumen yang tidak  benar.
1). Tiga faktor yang menyebabkan munculnya sofistik
      a). Sesudah perang parsi selesai ( tahun 449 SM)
            Athena merupakan kota yang maju dan berkembang baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Dengan majunya sehingga banyak orang mau  menetap di sana dengan banyaknya orang  kota ini bukan saja di jadikan sebagai tempat berniaga tetapi juga berkembangnya intelektual dan kultural. Di Athena ini tinggal seorang  filsuf yang bernama  Anaxagoras.
      b). Kebutuhan Pendidikan di masa itu
            Berbahasa  merupakat alat utama dan alat  terpenting dalam masyarakat Yunani, sukses  atau tidaknya  bidang politik tergatung dari kemahiran berbahsa yang di perlihatkan dalam sidang umum, dewan harian  atau sidang pengadilan. Hal inilah yang menyebabkab para generasi muda untuk dapat mengenyham pendidikan dan pembinaan supaya mereka dapat ikut berpoliktik. Kaum sofis memenuhi kebutuhannya lebih lanjut, mereka mencoba mengajarkan ilmu matematika, astronomi, dan tatabahasa.
      c). faktor ber hubungan dengan negara lain
            orang Yunani mulai menyadari akan kebudayaan yang mereka milki berbeda dengan budaya negara lain, Kebudayaan yunani berada di tengah-tengah corak budaya yang beraneka ragam. Sejarahwan Yunani Herodotos mengatakan ia sependapat dengan apa yang di katakan oleh penyhair Pindaros b ahwa adat kebiasaan adalah raja segala-galanya.
2. Tokoh Sofis
     a). Protagoras
            Protagoras lahir kira-kira pada tahun 485 di kota Abdera di daerah Thrake. Dalam buku yang berjudul Aletheia (“kebenaran”) terdapat pemikiran-pemikira Protagoras yang terkenal, yang di simpan  di dalam buku H.Diels sebagai fragmen 1: “Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya: untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehinngga mereka ada”. Pendat di kenal dengan sebutan relativisme, yang maksudnya kebenaran bersifat relatif tergantung dari pada manusia itu sendiri, benar tidaknya, ada tidaknya, manusialh yang menentukan .  
      b). Gorgias
            Gorgias lahir di Leontinoi sekitar tahun 483 SM.Georgias menulis  suatu buku yang berjudul Tentang yang tidak ada atau  tentang alam . dalam buku tersebut ada tiga pendirian yakni 1). Tidak ada sesuatu pun 2). Seandainya sesuatu ada maka, maka itu tidak dapat di kenal 3). Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu dapat di samapaikan kepada orang lain.
      c). Hippias
            Hipias adalah kawan sebaya sokrates ia berasala dari kota Elis. Hipias mencurahkan perhatiannya pada pertanyaan-pertanyaan seperti apakah tingkah laku manusia dan susunan masyarakat harus berdasarkan adat sitiadat ?, dll
     d). prodikos
            Prodikos berasal dari pulau keos dan ia juga kawan sebaya sokrates, prodikos menganut pandangan hidup fesimistis sehingga ia mengungkapkan kematian adalah melepaskan diri dari kesusahan. [1]

 C. Filsafat Sokrates
Sokrates adalah seorang filsuf piawai dari athenia lahir pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM, sokrates di anggap sebagai salah seorang filsuf besar sepanjang masa zaman. Walaupun dalam realitanya ia tidak pernah menulis pemikiran-pemkirannya.[2]
Sokrates bisa di kenal melalui karya-karya muridnya seperti Xenophon, Plato, dan Aristoteles . pemikiran-pemikiran Sokrates dapat di temui di dalam karangan muridnya dan yang hamper lengkap terdapat di dalam karya-karya Plato. Lewat dari karya Plato itulah pemikiran-pemikiran Sokrates bisa  terlihat dengan jelas. Seokrates adalah filsuf yang objek kajiannya adalah manusia, dengan kata lain manusia  merupakan  objek utama dalam kajian  filsafatnya. Sokrates merupakan filsuf yang mengkritisi kaum shofis yang di anggapnya bersifat subjektivisme dan relativisme.
Kekacau-9an muncul ketika pernyataan yang di keluarkan oleh kaum sopis. Kaum sopis memilki pendapat yang berbeda-beda mengenai criteria pengetahuan dan etika . mereka hanya sepakat dengan satu pernyataan bahwa kebenaran itu bersifat relative. Dalam keadaan seperti ini sokrates tampil untuk mengadapi kaum sopis. Socrates menggunakan metode dialektik –kritis. Proseses dialetik di sini mengandung arti “dialog antara dua pendirian yang bertentangan ataupun merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan (interplay)  anatara ide-ide”. Sedangkan  kritis memiliki arti sokrates tidak mudah meniru begitu saja pendapat dari para filsuf sebelum ia mengetahui dan membuktikannya sendiri. Oleh karenya sokrates seringkali meminta penjelasan dari para ahli sesuai dengan bidangnnya. Misalnya ia bertanya kepada seniman apa arti keindahan, bertanya kepada pemimpin mengenai kebijaksanaan , bertanya kepada panglima mengenai keberanian, dan lainlain. [3]
            Setelah sokrates mendapatkan penjelasan dari para ahli tersebut kemudia sokrates menanyakan kepada para filsuf mengenai   landasan ide-ide mereka. Sokrates mengkritisi pendapat mereka sehingga mereka mencoba untuk menjelaskannya dengan argumennya. Apabila argumennya benar dan kuat maka sokratus baru menerimanya tetapi sebalikya apabila argumenya tidak benar dan kurang kuat maka ia menolaknya.
            Dengan memakai metode dialektik-kritis inilah sokrates mampu mengalahkankaum sofis melalui dialog dan debatnya. Sehingga sokrates bisa membersihkan kekacauan filsafat pada masa itu. Kalau di panadang sepintas sesungguhnya Socrates tidaklah berbeda dengan sofis yakni filsafat yang di lakukannya sama-sama bertlak dari pengalaman hidup sehari-hari akan tetapi ada perbedaabyang mencolok mengenai pernyataan yang di ungkapkan oleh kaum sofis mengenai relativisme, Socrates tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

D. Pemikiran filsafat plato
   Plato dilahirkan pada tanggal 29 mei 429 Sm. Dunia filsafat dikenal oleh plato berkat ajaran gurunya, yaitu Socrates. Socrates tak mungkin dikenal oleh alam filsafat jikalau plato tidak produktif dalam karya – karya tulisannya. Plato menulis tentang filsafat dan dari tulisan – tulisan plato orang mengenal ajaran – ajaran Socrates.
Diantara pemikiran Plato yang terpenting adalah teorinya tentang ide-ide, yang merupakan upaya permulaan yang mengkaji masalah tentang universal yang hingga kini pun belum terselesaikan. Teori ini sebagian bersifat logis, sebagian lagi bersifat metafisis. Dengan pendapatnya tersebut, menurut Kees Berten (1976), Plato berhasil mendamaikan pendapatnya Heraklitus dengan pendapatnya Permenides, menurut Heraklitus segala sesuatu selalu berubah, hal ini dapat dibenarkan menurut Plato, tapi hanya bagi dunia jasmani (Pancaindra), sementara menurut Permenides segala sesuatu sama sekali sempurna dan tidak dapat berubah, ini juga dapat dibenarkan menurut Plato, tapi hanya berlaku pada dunia idea saja.
Plato menjelaskan bahwa, jika ada sejumlah individu memiliki nama yang sama, mereka tentunya juga memiliki satu “ide” atau “forma” bersama. Sebagai contoh, meskipun terdapat banyak ranjang, sebetulnya hanya ada satu “ide” ranjang. Sebagaimana bayangan pada cermin hanyalah penampakan dan tidak “real”. Demikian pula pelbagai ranjang partikular pun tidak real, dan hanya tiruan dari “ide”, yang merupakan satu-satunya ranjang yang real dan diciptakan oleh Tuhan. Mengenai ranjang yang satu ini, yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh pengetahuan, tetapi mengenai pelbagai ranjang yang dibuat oleh tukang kayu, yang bisa kita peroleh hanyalah opini.
Perbedaan antara pengetahuan dan opini menurut Plato adalah, bahwa orang yang memiliki pengetahuan berarti memiliki pengetahuan tentang “sesuatu”, yakni “sesuatu” yang eksis, sebab yang tidak eksis berarti tidak ada. Oleh karena itu pengetahuan tidak mungkin salah, sebab secara logis mustahil bisa keliru. Sedangkan opini bisa saja keliru, sebab opini tidak mungkin tentang apa yang tidak eksis, sebab ini mustahil dan tidak mungkin pula tentang yang eksis, sebab ini adalah pengetahuan. Dengan begitu opini pastilah tentang apa yang eksis dan yang tidak eksis sekaligus.
Maka kita tiba pada kesimpulan bahwa opini adalah tentang dunia yang tampil pada indera, sedangkan pengetahuan adalah tentang dunia abadi yang supra-inderawi; sebagai misal, opini berkaitan dengan benda-benda partikular yang indah, sementara pengetahuan berkaitan dengan keindahan itu sendiri. Dari sini Plato membawa kita pada perbedaan antara dunia intelek dengan dunia inderawi. Plato berusaha menjelaskan perbedaan antara visi intelektual yang jelas dan visi persepsi inderawi yang kabur dengan jalan membandingkannya dengan indera penglihatan. Kita bisa melihat obyek dengan jelas ketika matahari menyinarinya; dalam cahaya temaram penglihatan kita kabur; dan dalam gelap gulita kita tidak dapat melihat sama sekali. Menurutnya, dunia ide-ide adalah apa yang kita lihat ketika obyek diterangi matahari, sedangkan dunia dimana segala sesuatu tidak abadi adalah dunia kabur karena temaramnya cahaya. Namun untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang dimaksudnya, Plato memberikan sebuah tamsil, yakni tamsil tentang gua.
Menurut tamsil itu, mereka yang tidak memiliki pengetahuan filsafat bisa diibaratkan sebagai narapidana dalam gua, yang hanya bisa memandang ke satu arah karena tubuhnya terikat, sementara di belakangnya ada api yang menyala dan di depannya ada dinding gua. Mereka hanya dapat melihat bayang-bayang yang dipantulkan pada dinding gua oleh cahaya api. Mereka hanya bisa menganggap bayang-bayang itu sebagai kenyataan dan tidak dapat memiliki pengertian tentang benda-benda yang menjadi sumber bayang-bayang.
Sedangkan orang yang memiliki pengetahuan filsafat, ia gambarkan sebagai seorang yang mampu keluar dari gua tersebut dan dapat melihat segala sesuatu yang nyata dan sadar bahwa sebelumnya ia tertipu oleh bayang-bayang. Namun ketika ia kembali ke gua untuk memberitahukan kepada teman-temannya tentang dunia nyata, ia tidak dapat lagi melihat bayang-bayang secara jelas jika dibandingkan dengan teman-temannya, sehingga di mata teman-temannya ia tampak menjadi lebih bodoh daripada sebelum ia bebas.
Demikianlah pemikiran Plato mengenai realitas yang sebenarnya. Teori Plato tentang ide-ide tersebut, menurut penyusun, mengandung sekian kesalahan yang cukup jelas. Kendati demikian, pemikiran itu pun menyumbangkan kemajuan penting dalam filsafat, sebab inilah teori pertama yang menekankan masalah universal, yang dalam pelbagai bentuknya, masih bertahan hingga sekarang.
Pemikiran Plato Tentang Mimesis
Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan .
Pandangan Plato mengenai mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya mengenai konsep Idea-idea yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya mengenai seni.

Plato menganggap Idea yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Idea merupakan dunia ideal yang terdapat pada manusia. Idea oleh manusia hanya dapat diketahui melalui rasio,tidak mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan panca indra.Idea bagi Plato adalah hal yang tetap atau tidak dapat berubah, misalnya idea mengenai bentuk segitiga, ia hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang terbuat dari kayu dengan jumlah lebih dari satu . Idea mengenai segitiga tersebut tidak dapat berubah, tetapi segitiga yang terbuat dari kayu bisa berubah .

Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat memandang rendah seniman dan penyair dalam bukunya yang berjudul Republic bagian kesepuluh. Bahkan ia mengusir seniman dan sastrawan dari negerinya. Karena menganggap seniman dan sastrawan tidak berguna bagi Athena, mereka dianggap hanya akan meninggikan nafsu dan emosi saja. Pandangan tersebut muncul karena mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan khayalan tentang kenyataan dan tetap jauh dari ‘kebenaran’. Seluruh barang yang dihasilkan manusia menurut Plato hanya merupakan copy dari Idea, sehingga barang tersebut tidak akan pernah sesempurna bentuk aslinya (dalam Idea-Idea mengenai barang tersebut). Sekalipun begitu bagi Plato seorang tukang lebih mulia dari pada seniman atau penyair. Seorang tukang yang membuat kursi, meja, lemari dan lain sebagainya mampu menghadirkan Idea ke dalam bentuk yang dapat disentuh panca indra. Sedangkan penyair dan seniman hanya menjiplak kenyataan yang dapat disentuh panca indra (seperti yang dihasilkan tukang), mereka oleh Plato hanya dianggap menjiplak dari jiplakan .
Menurut Plato mimesis hanya terikat pada ide pendekatan. Tidak pernah menghasilkan kopi sungguhan, mimesis hanya mampu menyarankan tataran yang lebih tinggi. Mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan tidak mungkin mengacu secara langsung terhadap dunia ideal. (Teew.1984:220). Hal itu disebabkan pandangan Plato bahwa seni dan sastra hanya mengacu kepada sesuatu yang ada secara faktual seperti yang telah disebutkan di muka. Bahkan seperti yang telah dijelaskan di muka, Plato mengatakan bila seni hanya menimbulkan nafsu karena cenderung menghimbau emosi, bukan rasio
   Untuk memahami ajaran – ajaran plato, perlu di ajari pengaruh – pengaruh  yang membentuk alam pikiran besar alam filsuf itu. Fredrick mayer dalam bukunya A history Ancient & medieval philoshopy menemukakan 6 fakto, ialah :
  1. pengaruh pitagoras yang memberi daya tarik bagi plato untuk mempelajari matematika serta memberi mutu yang tinggi pada filsafat.
  2. pengaruh ajaran eleatik seperti Parmenides, zeno dan melissus yang menunjukan bahwa kebenaran hanyalah ditangan pencipta.
  3. pengaruh Anaxagoras yang membedakan ajaran tentang jasmani dan jiwa.
  4. pengaruh heraclitus, kendatipun ajarannya banyak disanggah oleh plato. Plato berpendapat, bahwa alam kenyataan tak mungkin dijelaskan dan dengan itu dia menolak etika yang diajarkan oleh heraclitus.
  5. pengaruh ajaran shopist juga tampak pada plato, kendatipun ia menyanggah keras ajaran kaum shopist itu.
  6. yang paling berpengaruh adalah ajaran Socrates sebagaimana telah di singgung di atas.
Ada dasar utama dalam ajaran klkasik, bahwa bila kita mengetahui apa yang dimaksud dengan cara hidup yang baik, maka kita akan berusaha melaksanakannya. Bila manusia mengetahui tentang cara hidup yang baik, ia tak akan melakukan hal – hal yang tak bermoral. Kehidupan yang baik adalah tugas dari akal.
Seorang filsuf menyimpulkan bahwa ajaran plato sebagai suatu filsafat moral yaitu terdiri dari dua basis, ialah: pertama adalah suatu asumsi bahwa bila seseorang telah memilki pengetahuan tentang kehidupan yang baik maka norang itu tidak akan melakukan suatu perbuatan yang tidak bermoral. Asumsi kedua bahwa yang disebut kjehidupan yang baik adalah tunggal untuk semua orang.
Kesimpulan
Dari pembahasan singkat mengenai pemikiran Plato, dapat kita simpulkan adanya perbedaan yang cukup mendasar antara keduanya tentang realitas hakiki. Plato ada pada pendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan) dalam diri seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea, — konon sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.
Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Ini adalah persoalan ada (“being”) dan mengada (menjadi, “becoming”).
Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan filsafat Yunoni Kuno, hingga pada akhirnya Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik sastra yang lain.
Plato adalah seorang filsuf dari yunani. Di berfilsafat tentang relitas. Menurut plato yang dinamakan sebuah relitas adalah kehidupan yang bahagia dan kebahagiaan ini ada dua macam [4]




E. Aristoteles
1.      Riwayat hidup
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM, di Stageira, Yunani utara. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada usia 17 atau 18 tahun Aristoteles dikirim ke Athena, untuk belajar di Akademia Plato. Ia tinggal di sana sampai Plato meninggal  pada tahun 348/7; jadi sekitar 20 tahun lamanya.
Setelah Plato meninggal, kepala Akademia digantikan oleh Speusippos, kemanakannya. Saat itu juga, Aristoteles meninggalkan Athena bersama murid Plato yang bernama Xenokrates, mungkin karena mereka tidak setuju dengan anggapan Speusippos mengenai filsafat. Mereka berangkat ke Assos di pesisir Asia kecil, di mana saat itu penguasa Negara dipegang oleh Hermeias yang merupakan bekas murid Akademia. Plato telah mengirim dua orang muridnya yang bernama Erastos dan Koriskos untuk membuka suatu sekolah di sana. Kemudian, Aristoteles dan kawannya mengajar di sekolah Assos tersebut. Di sanalah, Aristoteles kemudian menikah dengan Pythias, anak angkat Hermeias.
Pada tahun 345, Hermeias ditangkap dan dibunuh oleh tentara Parsi. Hal inilah  yang memaksa Aristoteles dan kawannya untuk melarikan diri dari Assos, dan pergi ke Mythelin atas undangan  Theophrastos, murid dan sahabat Aristoteles. Di Assos dan di Mythelin, Aristoteles mengadakan riset dalam bidang zoologi dan biologi, yang dikumpulkan dalam buku berjudul Historia Animalium.
Pada tahun 342, Aristoteles diundang oleh raja Philippos dari Makedonia untuk mendidik anaknya yang bernama Alexander, yang pada saat itu baru berusia 13 tahun. Kemudian ketika Alexander menginjak usia 19 tahun, tugas Aristoteles pun selesai karena pada saat itu juga Alexander menggantikan posisi ayahnya menjadi seorang raja.
Tak lama setelah Alexander Agung dilantik menjadi raja, Aristoteles pun kembali ke Athena, di mana saat itu Xenokrates sudah menggantikan Speusippos sebagai kepala Akademia. Walau Xenokrates merupakan sahabat Aristoteles, tapi Aristoteles tidak kembali ke Akademia, ia malah mendirikan sekolah sendiri yang bernama Lykeion (dilatinkan: Lyceum).
Isterinya, Pythias, meninggal di Athena pada tahun yang tidak diketahui. Perkawinannya yang pertama ini, dikaruniai seorang anak perempuan. Kemudian Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis, dan mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Nikomakhos.
Pada tahun 323, Alexander meninggal dunia. Hal ini yang menyebabkan kegelisahan bagi Lykeion. Dan mengakibatkan adanya gerakan anti- Makedonia yang bermaksud ingin melepaskan Athena dari kerajaan Makedonia. Aristoteles pun dituduh karena kedurhakaan (asebeia). Ia kemudian menyerahkan Lykeion ke tangan muridnya, yang bernama Theophrastos, dan melarikan diri ke Khalkis, tempat asal ibunya. Aristoteles melarikan diri dengan berkata bahwa ia “tidak akan membiarkan Athena berdosa terhadap filsafat untuk kedua kali”. Tapi pada tahun berikutnya, ia jatuh sakit dan meninggal dunia di tempat pembuangan itu pada usia 62 atau 63 tahun. Kita masih memiliki teks wasiat Aristoteles yang disimpan oleh Diogenes Laertios.[5]
2.      Karya-karya
a.       Pembagian karya-karya Aristoteles
W.D. Ross, seorang ahli filsafat Yunani berkebangsaan Inggris, membagi karya-karya Aristoteles menjadi tiga golongan sebagai berikut:
1)      Karya-karya yang sifatnya lebih kurang populer yang diterbitkan oleh Aristoteles sendiri.
Ø  Eudemos atau perihal jiwa
Berupa dialog yang diambil dari dialog Plato yang berjudul Phaidôn sebagai contohnya. Dialog ini berisi tentang persoalan-persoalan mengenai jiwa. Aristoteles tanpa ragu menerima titik ajaran Plato mengenai pra-eksistensi jiwa, perpindahan jiwa, dan anggapan bahwa pengetahuan dapat disamakan dengan pengingatan.
Ø  Protreptikos
Tujuan dari karya ini adalah untuk mengajak Themison, kepala Negara di pulau Kypros (Siprus), untuk berfilsafat. Protreptikos mempertentangkan pengetahuan teoretis yang diutamakan di Akademia, dengan pengetahuan pragmatis yang dipraktekkan dalam sekolah Isokrates.
Ø  Perihal filsafat
Terdiri dari tiga buku. Buku I menyajikan suatu uraian mengenai perkembangan manusia. Buku II memberikan suatu kritikan tajam atas ajaran Plato mengenai ide-ide. Buku III memuat pendapatnya tentang Allah dan susunan kosmos[6]
2)      Karya-karya yang mengumpulkan bahan-bahan yang dapat digunakan risalah-risalah ilmiah
Hampir semua karya Aristoteles sudah tidak ada lagi. Yang masih disimpan adalah karyanya yang berjudul Historia Animalium, disisipkan oleh Andronikos dari Rhodos dalam edisi buku-buku Aristoteles. Selain itu, ada karya lain yang berjudul Athênaiôn politeia (tata Negara Athena) ditemukan pada tahun 1890 dalam padang pasir di Mesir.
3)      Karya-karya yang dikarang Aristoteles sehubungan dengan pengajarannya

                         I.            Logika
ü  Categoriae (kategori-kategori)
ü  De interpretatione (perihal penafsiran)
ü  Analytica priora (analitika yang lebih dahulu) : ini adalah nama yang dipakai Aristoteles untuk logika
ü  Analytica posteriora (analitika yang kemudian)
ü  Topica; terdiri 8 buku
ü  De sophisticis elenchis (tentang cara beragumentasi kaum sofis)

                      II.            Filsafat alam
ü  Physica; 8 buku
ü  De caelo (perihal langit); 4 buku
ü  De generatione et corruptione (tentang timbul hilangnya makhluk-makhluk jasmani); 2 buku
ü  Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagat raya); terdiri dari 4 buku

                   III.            Psikologi
ü  De anima (perihal jiwa); 3 buku
ü  Parva naturalia (karangan-karangan kecil mengenai pokok-pokok alamiah); yang meliputi 8 karangan kecil seperti :
a)      De sensu et sensibili (perihal pancaindera dan obyeknya)
b)      De memoria et reminiscentia (perihal ingatan dan pengingatan)
c)      De somno (perihal tidur)
d)     De insomniis (perihal impian-impian)
e)      De devinatione per somnum (perihal tenung dengan tidur)
f)       De longitudine et brevitate vitae (perihal panjang pendeknya kehidupan manusia)
g)      De vita et morte (perihal kehidupan dan kematian)
h)      De respiratione (perihal hal bernafas)

                   IV.            Biologi
ü  De partibus animalium (perihal bagian-bagian binatang)
ü  De motu animalium (perihal gerak binatang-binatang)
ü  De incessu animalium (tentang hal berjalan binatang-binatang)
ü  De generatione animalium (perihal kejadian binatang-binatang)

                      V.            Metafisika
Metaphysica : terdiri dari 14 buku; nama “metafisika” tidak dipakai oleh Aristoteles sendiri; ia menamakan ilmu pengetahuan ini sebagai ‘filsafat pertama’ dan juga theologia.



                   VI.      Etika
ü  Ethica nicomachea; terdiri dari 10 buku; nama ini diberikan karena anak Aristoteles yang bernama Nikomakhos telah menyusun karya ini sesudah bapaknya meninggal.
ü  Magna moralia (karangan-karangan besar tentang moral); terdiri dari 2 buku. Kedua buku ini lebih panjang dari biasanya. Tetapi karya ini dianggap tidak otentik dan agaknya berasal dari generasi Lykeion yang pertama sesudah kematian Aristoteles.
ü  Ethica eudenia; terdiri dari 7 buku, tetapi buku IV, V, dan VI isinya sama dengan buku V, VI, dan VII dari Ethica nicomachea, rupanya karya ini adalah adalah redaksi lebih tua dari kursus Aristoteles yang kemudian dikerjakan menjadi Ethica nicomachea; dan dianggap otentik oleh para ahli.

                VII.      Politik dan ekonomi
ü  Politica; 8 buku
ü  Economica; 13 buku, secara umum karya ini tidak dianggap otentik.

             VIII.      Retorika dan poetika
ü Rhetorica; 3 buku
ü Poetica; bersifat fragmentaris, tetapi dianggap otentik.mm


KESIMPULAN
Yunani merupakan bangsa yang besar dan amat maju karena dari yunani banyak lahir para filsuf dan ilmuwan yang sampai sekarang ini karya-karyanya menjadi rujukan para ilmuwan sekarang.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai pemikiran para filsuf itu sendiri, kita bisa mengambil referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita.






















DAFTAR PUSTAKA

Mustansyir, Rizal. Filsafat Analitik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001.
.Bertenes. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Konsius.1988
Gerson. Sebuah Study Tentang Filsafat.Jakarta: PT.Pradnya Para Mita.1981
Strathern, Paul.90 Menit Bersama Aristoteles.Jakarta: Erlangga.2001
Tafsir, Ahmad.Filsafat Umum.Bnadung:PT Remaja Rosdakarya.1998
Rapar, Hendrik.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Konsius.1996




[1] Dr. K.Bertnes, Sejarah Filsafat yunani, Yogyakarta,hlm 67-75.
[2] Jan Hendrik rapar, pengantar filsafat, Yogyakarta, hlm 99-101
[3] Dr.ahmad Tafsir, filsafat Umum,remaja rosdakarya, hlm. 45-47
[4] Gerson w. bawengan, Sebuah Studi Tentang Filsafat, hlm. 67-75.
[5] Dr. K. Bertens. Sejarah Filsafat Yunani. Hal.129.
[6] Kosmos dalam bahasa Yunani artinya dunia, dunia yang teratur.

0 komentar:

Posting Komentar